Napak Tilas Pertama

Biasanya jika menelusuri jalan atau moment yang dulu pernah menjadi kenangan akan membuat kesan dan rasanya seperti menyeruak kembali kepermukaan, entah memberikan respon baik atau sebaliknya, kali ini pun napak tilas yang akan memberikan respon tak semestinya pun mau tak mau harus mau aku kunjungi kembali, untuk kembali menyelami, lalu kemudia menyampaikan permintaan maaf, untuk segala yang pernah terjadi.

Ketika terbersit memori merindukan fase Friska seperti dahulu, mau tak mau aku harus mendetailkan lebih jelas, seperti dahulu yang bagaimana?

Yang bisa tekun berjalan kaki bahkan menjadi hobi lalu kemudian semua berganti menjadi sesuatu yang tak pernah lagi dilakoni, hanya karna mindset kemana-mana harus ditemani, diantar tak boleh sendiri.

Yang pernah begitu mandiri kesana kesini berani lalu sekarang berada di keramaian menjadi satu ketakutan terbesar, bahkan dikelilingi oleh kendaraan dan bising kendaraan menjadi momok menyeramkan, dan yah I lost myself, dalam sebuah relasi yang dari sana banyak menempa diri menjadi seperti ini, relasi yang mengatasnamakan melindungi alih-alih membuat kemandirian hilang dari diri sendiri.

Menapaki perlahan momen-momen yang menjadi pembelajaran besar diri hingga kini rupanya bukan hal yang menyenangkan, banyak rasa hadir, sesal, kesal, sedih, kecewa, putus asa, marah, hingga akhirnya tersudut pada satu sisi, hey kamu sudah sejauh ini dan itu sudah terjadi, kembali kesini maafkan lepaskan ikhlaskan. Besok kembali lagi perlahan kita kupas layer by layer, kita kunjungi lagi dan perlahan doing shadow work ya…

Leave a comment